Home »ARTIKEL»Kerbau Belang Jadi Raja di Tana Toraja
Kerbau Belang Jadi Raja di Tana Toraja
Posted on 5:52 PM by Damar Yosa Aji
Liputan6.com, Tana Toraja: Tana Toraja di Provinsi Sulawesi Selatan tak cuma terkenal dengan budaya dan adat istiadat. Daya tarik lain yakni adanya rumah dari kerbau termahal di dunia. Konon tedong bonga atau kerbau belang dengan beragam corak hanya bisa hidup di daerah ini.
Kerbau sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Toraja. Sebab kerbau adalah hewan utama dalam upacara pemakaman. Kerbau albino belang jenis bubalus bubalis atau kerbau lumpur, banyak dijumpai di Tana Toraja. Hewan ini cantik dan harganya bisa mencapai Rp 300 juta. Harga ditentukan ragam corak dan kemulusan kulit.
Maka tak heran tedong bonga sering disebut kerbau raja. Perawatan tedong bonga berjenis saleko atau belang seluruh badan ini memang bak raja. Tiga kali seminggu kerbau bernama artis dua ini ditemani berendam selama tiga jam. Seluruh badan juga diberi shampo agar bulu-bulu tidak rontok.
Rumput yang diberikan harus segar. Sang kerbau pun cukup tunggu di kandang karena semua akan dilayani perawat kerbau. Sang perawat mendapat upah Rp 600 ribu per bulan. Tak heran jika kerbau berusia sembilan tahun itu memiliki berat 700 kilogram.
Kandang kerbau juga diasapi rumput basah. Hal ini bertujuan menjaga kerbau dari gigitan nyamuk.
Nah dalam upacara pemakaman atau rambu solo, kerbau dianggap sebagai kendaraan menuju alam baka. Simbol ini tergambar dalam upacara pemakaman nenek Theresia Tangdo Pole, asal Deri yang meninggal pada 2008 silam.
Karena kedudukan sosial yang tinggi dalam masyarakat Tana Toraja, keluarga mengeluarkan Rp 4 miliar untuk biaya upacara. Sebagian besar dihabiskan untuk membeli kerbau yang disembelih selama empat hari.(AIS)
Kerbau sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Toraja. Sebab kerbau adalah hewan utama dalam upacara pemakaman. Kerbau albino belang jenis bubalus bubalis atau kerbau lumpur, banyak dijumpai di Tana Toraja. Hewan ini cantik dan harganya bisa mencapai Rp 300 juta. Harga ditentukan ragam corak dan kemulusan kulit.
Maka tak heran tedong bonga sering disebut kerbau raja. Perawatan tedong bonga berjenis saleko atau belang seluruh badan ini memang bak raja. Tiga kali seminggu kerbau bernama artis dua ini ditemani berendam selama tiga jam. Seluruh badan juga diberi shampo agar bulu-bulu tidak rontok.
Rumput yang diberikan harus segar. Sang kerbau pun cukup tunggu di kandang karena semua akan dilayani perawat kerbau. Sang perawat mendapat upah Rp 600 ribu per bulan. Tak heran jika kerbau berusia sembilan tahun itu memiliki berat 700 kilogram.
Kandang kerbau juga diasapi rumput basah. Hal ini bertujuan menjaga kerbau dari gigitan nyamuk.
Nah dalam upacara pemakaman atau rambu solo, kerbau dianggap sebagai kendaraan menuju alam baka. Simbol ini tergambar dalam upacara pemakaman nenek Theresia Tangdo Pole, asal Deri yang meninggal pada 2008 silam.
Karena kedudukan sosial yang tinggi dalam masyarakat Tana Toraja, keluarga mengeluarkan Rp 4 miliar untuk biaya upacara. Sebagian besar dihabiskan untuk membeli kerbau yang disembelih selama empat hari.(AIS)